Desa Penfui Timur di Kabupaten Kupang merupakan salah satu kawasan yang dikenal padat dengan aktivitas anak-anak muda, terutama mahasiswa dari berbagai daerah. Kehadiran kampus-kampus besar di sekitar wilayah ini menjadikan Penfui Timur sebagai pusat kehidupan akademik baru di Kabupaten Kupang.
Suasana desa yang semula tenang kini ramai dengan rumah kos, warung makan, hingga usaha kecil yang tumbuh untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa.
Namun, di balik geliat kehidupan yang penuh semangat itu, terdapat ironi yang tak bisa diabaikan: infrastruktur dasar seperti jalan masih jauh dari layak. Sebagian besar ruas jalan di Penfui Timur masih berupa tanah dan kerikil, belum diaspal, dan berubah menjadi lumpur saat musim hujan tiba. Kondisi ini tentu menghambat mobilitas warga maupun mahasiswa yang setiap hari melintas menuju kampus dan tempat kerja.
Padahal, jika dilihat dari potensi ekonomi dan sosial, Penfui Timur sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah. Kehadiran ribuan mahasiswa seharusnya menjadi alasan kuat untuk membangun infrastruktur yang memadai. Jalan yang baik bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga cermin dari perhatian pemerintah terhadap kawasan yang sedang berkembang pesat.
Ironi Penfui Timur adalah gambaran kecil dari persoalan pembangunan yang tidak merata. Ketika pusat-pusat pendidikan berkembang tanpa diimbangi dengan pembangunan infrastruktur dasar, maka manfaatnya tidak akan optimal. Pemerintah perlu hadir, bukan sekadar dalam wacana, tetapi dalam tindakan nyata: memperbaiki dan mengaspal jalan demi mendukung ekosistem pendidikan dan ekonomi masyarakat setempat.
Dengan perbaikan infrastruktur, Penfui Timur tidak hanya menjadi tempat singgah mahasiswa, tetapi juga contoh nyata bagaimana pendidikan dan pembangunan bisa berjalan beriringan demi kemajuan bersama.