Indonesiasurya.com, Lembata - Rapat dengar pendapat yang diselenggarakan DPRD Lembata beberapa waktu lalu bersama pihak-pihak terkait soal pernyataan KPAD tentang 85% anak usia sekolah di Lembata seks bebas digelar,
Pada kesempatan tersebut KPAD Tidak mampu sajikan Data valid. Soal angka yang disebut. Lantas mengapa KPAD Mempublikasi informasi tanpa dukungan Data yang jelas?
Banyak pihak bertanya ada apa di balik maksud KPAD menyebarkan informasi bahwa 85% anak usia sekolah di Lembata seks bebas? Mungkinkan ada motif terselubung?
Ataukah ada niat membuat buruk wajah Lembata atau KPAD ingin agar orang takut datang ke Lembata?
Pada RDP yang digelar pada 29/11/2025 tersebut DPRD ingin mengetahui apa motif Sekretaris KPAD menyampaikan informasi mengenai 85% anak usia sekolah di Lembata AKTIF melakukan hubungan seksual? Tanya Fransiskus Namang.
Namang yang bertindak sebagai pimpinan rapat mempertanyakan atas dasar temuan data dari mana? Dan Kalau benar KPAD Lembata men survey ke 16 sekolah mana jumlah populasi dan teknik penarikan sample sehingga disimpulkan 85%.
Klaim tanpa data dan fakta yang valid dan kredible bisa membuat luka batin bagi generasi muda Lembata yang dituduh.
Anggota Fraksi Golkar ini mengatakan, Mestinya KPAD perlu juga belajar cara bicara yang baik dan benar di depan publik terlebih sekretaris KPAD, harus bisa pisahkan peran sebagai personal atau individu dan dan sekretaris KPAD yang harus akuntabel jika berurusan dengan komunikasi publik. Jangan sampai ketika publik marah dan sakit hati baru minta maaf. Dimana nuraninya?.
Sementara itu, Dokter Geril Huar Noning kepala dinas kesehatan kabupaten Lembata kepada indonesiasurya.com menegaskan bahwa Vct tidak bisa dijadikan Data rujukan yang menerangkan bahwa 85% anak usia sekolah seks bebas.
Vct itu sukarela dan tidak bisa di jadikan data. Karena itu Konseling dan testing tidak bisa dijadikan sebagai hasil yang pasti karena harus butuh pendalaman lagi sebab itulah kami katakan bahwa, Metode yang digunakan KPAD tidak jelas dan kabur.
Jika valid KPAD mestinya bisa menjelaskan pada RDP dengan DPRD Lembata, misalnya soal jumlah, Berapa banyak siswa perempuan atau laki-laki. Mereka Kelas berapa dan lain sebagainya.
Kami dari dinas pernah turun ke 18 SMA sederajat dengan sampel, 584 anak juga pada 6 SMP dengan sampel 197 anak jadi total 771 anak dan itupun kami lakukan. Tahun 2023 jelas Geril.
Lanjut Kadis kesehatan bahwa, dari hasil lapangan dinas Ditemukan ada siswa terkena spilis dan go sebanyak 15 anak atau 2.6% pelajar SMA sederajat.
Lalu siswa SMP 1 juga ditemukan satu kasus dengan prosentase, 0.1%. jadi total keseluruhan anak usia dini yang terkena penyakit kelamin adalah, 3.1% dan tentu tidak bisa disebut 85% anak Lembata seks bebas.
Sementara data HIV Aids 2015 -2024 terdapat 334 kasus dimana angka ini tercatat dalam data SIHA dan para penderita ini sedang aktif berobat dan Data terbaru Oktober 2025 terdapat 27 jadi secara keseluruhan ada 361 kasus dari 4621 orang yang telah di skrining jelas Huar Noning..
Anggota Fraksi PDI Perjuangan Sebastianus Muri meminta agar KPAD Untuk segera lakukan klarifikasi dan minta maaf.