Ungkap Realita Sosial

Logo Banggainesia
Local Edition | | Todays News


Judi Online dan Krisis Karakter Mahasiswa di Era Digital Sebuah Catatan.

Oleh, Wilhelmus Basa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

IndonesiaSurya
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 09:59:07 WIB
Ilustrasi

Miris memang jika mencermati berita yang dirilis Humas Polda NTT dengan judul Dua Mahasiswi Promotor Judi Online Diserahkan Polda NTT ke Kejaksaan, 

Perkembangan teknologi digital tentu membawa banyak kemudahan bagi kehidupan manusia, termasuk bagi dunia pendidikan tinggi. 

Mahasiswa kini dapat mengakses informasi, berkomunikasi, dan belajar dengan lebih cepat melalui berbagai platform digital. Namun, kemajuan teknologi yang seharusnya menjadi sarana pengembangan diri justru sering disalahgunakan untuk hal-hal negatif. 

Salah satu fenomena yang kian meresahkan adalah maraknya praktik judi online di kalangan mahasiswa.

Fenomena ini bukan sekadar masalah moral, tetapi juga mencerminkan adanya krisis karakter yang mengancam integritas generasi muda di era digital.

Judi online berkembang pesat karena kemudahannya diakses kapan saja dan di mana saja. Cukup dengan ponsel dan koneksi internet, seseorang dapat berjudi tanpa perlu datang ke tempat perjudian konvensional. 

Mahasiswa, sebagai kelompok yang dekat dengan teknologi dan sedang berada pada masa pencarian jati diri, menjadi salah satu sasaran empuk. 

Godaan untuk mendapatkan uang dengan cepat sering kali membuat mereka terjerumus tanpa berpikir panjang tentang akibatnya. Di sinilah terlihat gejala krisis karakter: melemahnya nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan.

Krisis karakter mahasiswa yang terlibat judi online tidak hanya tampak dalam aspek moral, tetapi juga dalam kehidupan akademik. Mahasiswa yang sudah kecanduan judi online cenderung kehilangan fokus belajar. 

Waktu yang seharusnya digunakan untuk membaca, menulis, atau berdiskusi akademik, justru dihabiskan untuk bermain dan berharap menang. Akibatnya, prestasi akademik menurun, tugas-tugas tertunda, dan motivasi belajar merosot tajam. Lebih jauh lagi, perilaku seperti ini menumbuhkan sifat malas, tidak jujur, dan ketergantungan pada hal instan nilai-nilai yang bertentangan dengan semangat akademis dan etika mahasiswa sejati.

Dari sisi sosial, judi online juga mengikis rasa solidaritas dan empati mahasiswa. Mereka yang kecanduan sering kali tertutup, cemas, dan mengalami tekanan finansial. Beberapa bahkan nekat meminjam uang teman atau menjual barang pribadi demi melanjutkan permainan. 

Kondisi ini memunculkan sikap individualistis dan konsumtif yang semakin menjauhkan mahasiswa dari nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab sosial. Padahal, pendidikan tinggi seharusnya menjadi tempat untuk membentuk karakter unggul, bukan sekadar mencari gelar akademik.

Krisis karakter akibat judi online juga menunjukkan lemahnya literasi digital dan moral di kalangan mahasiswa. Banyak yang tidak menyadari bahwa judi online merupakan tindak pelanggaran hukum dan dosa moral yang dapat merusak masa depan. 

Mereka lebih tergoda oleh iming-iming kemenangan sesaat daripada memikirkan dampak jangka panjang. Hal ini menandakan perlunya peran aktif dari keluarga, dosen, dan lembaga pendidikan untuk menanamkan kembali nilai-nilai moral dan etika digital. Mahasiswa perlu diajak memahami bahwa teknologi bukan untuk disalahgunakan, tetapi dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif dan membangun.

Untuk mengatasi krisis ini, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. 

Pertama, kampus perlu memperkuat pendidikan karakter melalui kegiatan pembinaan moral, seminar literasi digital, dan program mentoring yang menekankan pentingnya etika dalam penggunaan teknologi. 

Kedua, dosen dan tenaga pendidik harus berperan sebagai teladan dan pembimbing, bukan hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam pembentukan kepribadian mahasiswa. Ketiga, mahasiswa sendiri harus memiliki kesadaran dan kontrol diri untuk menghindari godaan dunia maya yang merusak.

Pada akhirnya, judi online dan krisis karakter mahasiswa adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Judi online bukan hanya soal uang atau hiburan, tetapi soal bagaimana generasi muda menghadapi tantangan moral di era digital. 

Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus mampu membedakan antara kemajuan teknologi yang bermanfaat dan yang merusak. 

Masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh kecanggihan teknologi semata, tetapi oleh karakter kuat dan moral yang kokoh dari para mahasiswanya.


Bagikan

KOMENTAR (0)

Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *

Berita Terkini

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL BAGI KEHIDUPAN

Penulis : maya marsita pellondou Mahasiswa ilmu komunikasi

| Minggu, 26 Oktober 2025
Produksi sampah di Kupang Sudah Cukup Besar Yang Diangkut ke TPA Alak.

Penulis : Rere KIn Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Antara Kampus dan Jalanan: Potret Perjuangan Mahasiswa Maxim di Kota Kupang

Penulis : Leonardus Salvador Elton Fernandez Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Masa depan NTT Dan Krisis Moral di Balik Genggaman Botol Miras. Potret Generasi Muda Kupang

Penulis ; Ardianus Marto Rara Bahan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Artificial intelegensi untuk pendidikan atau untuk membunuh akal pikir.

Oleh: Rikardus Febrio. (Mahasiswa semester 5 prodi ilmu Komunikasi pada Unika Widya Mandira.)

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Indeks Berita

Poling

Silakan memberi tanggapan anda ! Siapa calon bupati dan calon wakil bupati yang kalian anggap layak pimpin lembata 2024-2029?

TERKONEKSI BERSAMA KAMI
Copyright © 2025 Indonesia Surya
Allright Reserved
CONTACT US Lembata
Lembata, Nusa Tenggara Timur
Telp: +6281334640390
INDONESIA SURYA
Viewers Now: 5