Lewoleba,Indonesiasurya.com - Pemerintah Kabupaten Lembata menggelar rapat penting terkait pengawasan lalu lintas ternak dan distribusi daging di wilayahnya, dengan melibatkan organisasi peternak lokal Permata dan pihak Pelni Mart, Rabu (11/6).
Rapat ini menjadi titik awal evaluasi serius terhadap ketimpangan pasar yang dinilai semakin merugikan pelaku usaha lokal.
Rapat yang digelar di ruang rapat Bupati Lembata itu dihadiri langsung oleh Bupati Lembata P. Kanisius Tuaq dan Wakil Bupati H. Muhamad Nasir.
Selain Bupati dan Wakil Bupati, hadir juga Sekretaris Daerah Paskalis Ola Tapo, Asisten II Sekda, sejumlah Kepala OPD, perwakilan TNI/Polri, perwakilan Sabandar, perwakilan Kantor Karantinaan Kesehatan Labuan Bajo Wilayah Kerja Lembata, perwakilan dari Permata dan perwakilan Pelni Mart Lembata serta Ketua TKBM Pelabuhan Laut Lewoleba.
Dalam sapaan pembukanya, Wakil Bupati Muhamad Nasir menyoroti pentingnya daya saing ekonomi lokal yang berkelanjutan. Ia menyatakan bahwa ketergantungan terhadap suplai pangan terutama daging beku dari luar daerah harus dikurangi secara bertahap.
“Pemerintah daerah wajib memberikan proteksi terhadap masyarakat dan pelaku usaha lokal dari dominasi dan praktik monopoli usaha oleh pihak luar karena faktor harga yang lebih murah,” tegas Nasir.
Ia juga menambahkan bahwa subsidi pemerintah seharusnya diarahkan untuk memperkuat fondasi ekonomi lokal, bukan malah membuka celah dominasi produk luar yang berpotensi mematikan sektor usaha kecil di Lembata.
Senada dengan itu, Bupati Kanisius Tuaq menekankan pentingnya penghormatan terhadap regulasi daerah serta perlindungan terhadap pelaku usaha lokal. Ia menyebutkan bahwa perputaran uang harus tetap berada di Lembata agar terjadi pertumbuhan ekonomi dari dalam.
“Persaingan terbuka bukan berarti membiarkan usaha lokal tersingkir. Kita harus mampu menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan keberpihakan pada masyarakat sendiri,” ujar Bupati Kanis.
Dalam rapat tersebut, perwakilan dari Permata mengungkapkan keresahan para peternak ayam lokal. Sejak kehadiran Pelni Mart, harga ayam potong mengalami tekanan serius karena adanya selisih yang terlalu jauh dengan harga ayam beku yang didatangkan dari luar.
“Kami sudah lama membudidayakan ayam potong di Lembata. Namun, kini kami kesulitan bersaing karena ayam beku dari Pelni Mart dijual dengan harga jauh lebih murah. Kami minta agar selisih harga tidak terlalu jauh agar usaha kami tetap bisa berjalan,” ujar salah satu pengurus Permata.
Situasi makin pelik ketika diketahui sebanyak 4 ton ayam beku kembali masuk ke Lembata melalui Pelabuhan Laut Lewoleba. Masuknya produk tersebut dinilai memperburuk kondisi pemasaran ayam potong lokal, karena daya beli masyarakat langsung berpindah ke produk yang lebih murah meski berasal dari luar daerah.
Rapat ini menghasilkan dorongan kuat untuk segera merumuskan regulasi khusus yang mengatur lalu lintas ternak dan distribusi daging di Lembata.
Semua pihak menyepakati pentingnya kebijakan bersama yang tidak hanya menjamin keberlangsungan usaha lokal, tetapi juga memastikan distribusi pangan yang adil dan sehat secara ekonomi.
Karena itu, Pemda Lembata berkomitmen menyusun regulasi yang dapat mengakomodir semua kepentingan di daerah, termasuk pelaku usaha lokal.
Harapannya, Lembata tidak hanya menjadi pasar bagi produk luar, tapi juga produsen yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi. (prokompimkablembata)