Indonesiasurya.com, Mataram, 27 September 2025 – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) bersama komunitas Gerakan Lingkungan Sampah Nihil (GELISAH) memperkuat inisiatif peduli lingkungan melalui program Bottle Up. Program ini mengolah botol plastik bekas menjadi produk kreatif bernilai ekonomi sekaligus mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan.
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini diluncurkan pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2025. Sejak itu, pegawai PLN bersama masyarakat setempat mengumpulkan botol plastik melalui drop box yang ditempatkan di lingkungan kerja UIP Nusra. Sampah yang terkumpul kemudian diserahkan kepada komunitas GELISAH untuk diolah menjadi produk bermanfaat.
Pendiri komunitas GELISAH, Lailatul Ulfah, menyebut program ini berhasil mengumpulkan tiga karung besar botol plastik. Bahan baku tersebut diolah menjadi asbak, tatakan gelas, papan ujian, jam dinding, hingga berbagai kerajinan rumah tangga.
“Alhamdulillah, lewat dukungan TJSL PLN kami mendapat mesin cacah, oven, dan perlengkapan produksi lainnya. Dengan alat ini kapasitas produksi meningkat. Bahkan, beberapa produk mulai dilirik hotel-hotel di sekitar Mataram meski belum resmi diluncurkan ke pasar,” ujar Ulfah.
Program Bottle Up juga mendorong partisipasi warga Kampung Banjar, Ampenan, tempat rumah produksi komunitas berada. Warga bisa menukar sampah botol plastik seharga Rp5.000 per kilogram, dan Rp7.000 per kilogram untuk tutup galon.
“Selain membuka peluang kerja bagi remaja dan ibu rumah tangga, sebagian hasil penjualan produk kami salurkan untuk kegiatan sosial di kampung. Jadi manfaatnya tidak hanya lingkungan yang lebih bersih, tapi juga berdampak ekonomi langsung bagi warga,” kata Ulfah.
Dalam dua bulan terakhir, komunitas GELISAH telah mengolah 105 kilogram sampah tutup botol plastik menjadi 25 produk asbak yang seluruhnya sudah terjual. Untuk membuat satu asbak dibutuhkan sekitar 100 gram plastik. Total sampah plastik yang terkumpul hingga saat ini mencapai 330 kilogram, mencakup tutup botol, galon, dan plastik HDPF. Sebagian sudah berhasil didaur ulang menjadi produk bernilai guna.
Dengan kapasitas saat ini, komunitas mampu memproduksi rata-rata lima produk kecil per hari, sedangkan produk berukuran besar seperti jam dinding atau papan ujian baru bisa dibuat satu unit per hari karena keterbatasan alat produksi.
Jika didaur ulang, total 330 kilogram sampah plastik tersebut setara dengan pengurangan emisi karbon dioksida sekitar 660–825 kilogram dibandingkan jika berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar. Proses ini juga dinilai lebih efisien hingga 80 persen dalam menekan emisi dibandingkan penggunaan plastik baru.
Kini, komunitas GELISAH yang beranggotakan 15 pemuda-pemudi telah memiliki divisi media, pemasaran, dan produksi. Dengan sistem kerja lebih terstruktur, produk mereka semakin diterima pasar sekaligus memperluas ruang kolaborasi.
Menurut Ulfah, dukungan PLN juga meningkatkan kepercayaan diri komunitas dalam merambah pasar digital. Akun TikTok Gelisah Sampah yang baru dibuat dua bulan lalu langsung mendapat sambutan positif dengan ribuan pengikut.
Sementara itu, General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusra, Rizki Aftarianto, menegaskan kolaborasi dengan komunitas GELISAH merupakan bagian dari komitmen PLN dalam menjalankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Upaya lingkungan ini, kata Rizki, sejalan dengan manfaat sosial dan tata kelola berkelanjutan untuk mendukung kehidupan masyarakat.
“Upaya PLN dalam menjaga lingkungan akan semakin maksimal apabila dibarengi dengan dukungan berbagai pihak. Komunitas GELISAH adalah contoh nyata bagaimana sampah bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi sekaligus memberdayakan masyarakat. Inisiatif ini sejalan dengan komitmen PLN dalam mendorong transisi energi ramah lingkungan serta pengelolaan limbah berkelanjutan,” ujar Rizki. []