Kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini sungguh memprihatinkan.
Program tersebut sejatinya memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu agar anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga dapat belajar dengan optimal.
Namun, jika pada akhirnya justru menyebabkan sakit, hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam sistem pelaksanaannya.
Berdasarkan berita yang saya baca di situs resmi UGM, hasil uji laboratorium menunjukkan adanya beberapa jenis bakteri berbahaya pada sampel makanan dan muntahan korban.
Temuan ini menandakan bahwa proses pengolahan makanan tidak dilakukan secara higienis dan kurang mendapatkan pengawasan.
Dengan demikian, permasalahan ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja, melainkan melibatkan seluruh sistem—
Mulai dari penyedia katering, pihak sekolah, hingga pengawasan pemerintah.
Menurut penjelasan pakar UGM, akar masalah utamanya terletak pada proses penyiapan makanan yang tidak memenuhi standar kebersihan.
Misalnya, makanan yang dimasak pada pagi hari baru dibagikan beberapa jam kemudian, kualitas air yang digunakan belum terjamin, serta kurangnya pemahaman tenaga penjamah makanan terhadap prinsip kebersihan dan keamanan pangan.
Menurut saya, program MBG seharusnya tidak hanya berfokus pada kandungan gizi, tetapi juga harus memperhatikan aspek keamanan pangan.
Gizi yang baik akan kehilangan maknanya apabila justru berisiko menimbulkan penyakit.