Kupang l, Indinesiasurya com – Ayah kandung almarhum Prada Lucky, Chrestian Namo, menyampaikan kekecewaannya atas lambannya proses hukum terkait kematian putranya yang sudah 63 hari sejak kematian belum menunjukkan kejelasan.
Dalam keterangannya di Rote Ndao, Rabu (8/10/2025) melalui pesan whatsaap, Chrestian mengaku hingga kini belum menerima pemberitahuan resmi apa pun dari pihak TNI mengenai perkembangan proses hukum kasus tersebut. Hingga kini belum ada informasi terkait kapan pelimpahan berkas dari Oditur ke Pengadilan Militer Kupang.
“Sudah 63 hari sejak Lucky meninggal, tapi tidak ada kabar apa pun. Saya sebagai ayah kandung tidak pernah diberi tahu perkembangan kasus ini, baik secara lisan maupun tertulis,” ujarnya.
Prada Lucky Dikenal Sopan dan Penurut
Menurut Chrestian, semasa hidupnya Prada Lucky dikenal sebagai anak yang baik, sopan, dan patuh terhadap orang tua. Sejak kecil, cita-cita Lucky adalah menjadi prajurit TNI, meski sempat mendapat penolakan dari sang ayah.
“Saya sudah mengingatkan agar tidak memaksakan diri jadi tentara, tapi nasib membawanya ke sana. Saya pikir kehidupannya akan lebih baik dan terarah karena ada aturan militer yang ketat,” tutur Chrestian.
Namun takdir berkata lain. Prada Lucky meninggal dunia dengan cara-cara yang sadis saat masih aktif bertugas di satuan TNI.
Peristiwa itu menjadi pukulan berat bagi keluarga, terlebih Chrestian sendiri merupakan anggota TNI.
Keluarga Tuntut Pertanggungjawaban
Chrestian menegaskan bahwa keluarga menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang diduga terlibat dalam peristiwa tersebut, termasuk komandan satuan tempat anaknya bertugas.
“Komandan Satuan harus bertanggung jawab. Saya ingin tahu kenapa anak saya bisa mati dengan tragis di bawah kekuasaan mereka,” tegasnya.
Ia juga menduga adanya upaya pengalihan isu serta hambatan dalam proses hukum.
Bahkan, keluarga sempat dihadapkan pada persoalan pribadi yang menurutnya dijadikan alasan untuk menghambat proses hukum.
“Kami diintimidasi dan diadu domba. Bahkan pernah dikatakan bahwa kalau urusan pribadi saya dan istri belum selesai, kasus kematian Lucky tidak akan diproses,” ujarnya.
Soroti Ketertutupan Proses Hukum di Internal TNI
Chrestian juga menyoroti mekanisme penegakan hukum di internal TNI yang dinilai tidak transparan. Ia menyebut adanya dugaan praktik tidak etis, termasuk upaya suap untuk meringankan hukuman bagi para pelaku.
“Kalau prosedur hukum di TNI seperti ini, ada rencana melakukan praktik suap untuk meringankan hukuman bagi pelaku, bagaimana mungkin keluarga bisa mendapatkan keadilan? Saya anggota TNI saja sulit mencari keadilan di negeri sendiri,” katanya dengan nada kecewa.
Dukungan Publik dan Seruan Keadilan
Meski merasa diabaikan institusi, keluarga Prada Lucky mendapat dukungan luas dari masyarakat, termasuk warganet di dalam dan luar negeri. Chrestian bertekad melanjutkan perjuangan hingga ke tingkat Presiden dan Panglima TNI.
“Saya akan menyuarakan ini di media dan media sosial agar masyarakat tahu, bahwa di negeri ini seorang ayah TNI pun bisa kesulitan mencari keadilan untuk anaknya sendiri,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Chrestian menyampaikan pesan moral agar hukum ditegakkan dengan jujur dan adil.
“Hukum tabur tuai pasti berlaku. Yang jujur akan selamat, sedangkan yang berbohong akan mati dengan kebohongannya,” tutup Chrestian Namo, ayah almarhum Prada Lucky.
Kuasa Hukum keluarga Prada Lucky, Andi Alamsyah, SH dari Firma Hukum ABP ketika dikonfirmasi terkait berkas perkara mengatakan berkas pembunuhan Prada Lucky belum diserahkan ke Pengadilan Militer Kupang untuk disidangkan.
"Kita sudah cek di Pengadilan Militer Kupang dan Oditur Militer, berkas perkara belum dilimpahkan ke Pengadilan Militer Kupang", jelas Andi.
Lanjut Andi, masih dalam proses untuk pra penuntutan, dari Oditur Militer diserahkan dulu ke Papera (perwira penyerah perkara).
Menurut Andi, hal itu dijelaskan oleh pihak Oditur pada kuasa hukum keluarga korban dikantor Oditur Militer Kupang.(*)