Indonesiasurya.com, Lembata - Museum NTT terus berupaya melestarikan tenun ikat, karena hingga saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa 80% Pengrajin tenun NTT merupakan warga berusia lanjut.
Langkah yang diambil museum NTT ini sebagai cara mendorong keterlibatan kaum muda untuk belajar menenun.
Harapan agar orang muda belajar menenun sehingga pelestarian budaya tenun ikat tetap terjaga menjadi salah satu alasan museum NTT mengelar sosialisasi dengan tema, hasil kajian kain tenun ikat lembata.
Critoforus Da Santos kurator pengkajian dan penyelematan koleksi museum NTT dalam mendapatkan materi menjelaskan, pihak dengan berbagai upaya melakukan pelestarian tenun ikat ntt.
"kami merasa sangat penting dan strategis mengelar kegiatan serupa seperti ini, kita lakukan secara simultan untuk terus menumbuhkan minat bagi kaum remaja untuk belajar di rumah dari orang tua, atau sanggar tenun atau juga sekolah boleh mengambil Tenun sebagai salah satu muatan lokalnya" urai Cristo dan Santo
Hadir dari museum NTT, .Christoforus da Santo ( kurator pengkajian dan penyelamatan Koleksi ), Andri Selan ( Staf Edukasi dan Publikasi ) dan Ansgarius Wulagening ( Staf Edukasi dan Publikasi ).
Sementara itu ketua dekranasda Lembata Ursula Bayo dalam sambutan memberikan apresiasi dan dukungan pada kegiatan pelestarian tenun ikat ntt.
Ursula mengajak semua elemen untuk bersinergi bermasa menjaga tenun ikat agar tidak punah.
"besar harapan kita semua akan pelestarian dan pengembangan kain tenun Lembata, oleh karena itu, saya mengajak kita semua sebagai pihak dengan tugas dan fungsi kita masing-masing untuk tidak jemu jemu mengerjakan secara kolaboratif." Pungkas Ursula.