Indonesiasurya.com, Lembata - Belum Lama ini beredar data yang terkesan menuding bahwa, 85% Pelajar di Lembata terlibat lakukan seks bebas. Hal ini tentu menjadi tampar keras bagi tataran kehidupan sosial dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat dan semua elemen masyarakat.
Data yang memalukan ini, memicu perdebatan dikalangan masyarakat ini angka yang memalukan menurut sejumlah pihak. Banyak pihak bertanya lembaga mana yang telah dengan berani mengeluarkan angka seperti ini?
Angka 85% pelajar SMP - SMA di Lembata terlibat seks bebas bagi orang Lembata sesuatu yang sangat memalukan dan tidak masuk akal.
Fransiskus Namang mengatakan, KPAD Lembata menyebut 85% pelajar tingkat SMP di Lembata terlibat seks bebas dan teridentifikasi HIV/aids itu data dari mana?
Wakil ketua DPRD Lembata secara tegas kepada Indonesiasurya.com meminta agar KPAD tidak jualan Angka untuk kepentingan program dan uang.
Angka 85% ini mestinya berbanding lurus dengan kematian karena Aids, Perkawinan tingkat anak dan remaja naik, naiknya penjualan kondom di Lembata.
Data yang dishare KPAD ini sudah tentu berdampak pada lingkungan sosial masyarakat. Angka yang dilempar KPAD sudah pasti meresahkan orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, para pendidik karena gagal mentransfer ilmu pengetahuan etika dan moral pada anak-anak kita..
"Kalau 85% artinya ada anak, ponakan, cucu kita yang ada didalam. Angka itu didapat dengan Metode apa? Apakah penelitian dan kajian datang dari lembaga kredibel atau kah ini hanya jualan Angka untuk kepentingan untuk mendapatkan program?
Ciku Namang demikian. Legislator ini disapa secara tegas mengatakan kepada para peneliti gadungan yang menjual isu sosial demi kegiatan dan program. Hentikan.
"Anak Lembata tidak sebejat data yang kalian sajikan. Anak -anak kami masih punya budaya berpegang pada moral dan nilai-nilai adat yang kuat. Jadi saya tegaskan, stop merendahkan martabat anak+anak Lembata
Beda L Wayan salah satu tokoh muda Lembata kepada media ini mengatakan dirinya ragu dengan data yang katanya di keluarkan oleh KPAD.
"Angka ini datang dari mana? Kalau memang KPAD punya angka ini maka kami minta Bupati Copot kadis P2PA karena angka ini secara gamblang membuktikan bahwa P2PA gagal" ujar Beda.
Beda juga mengkritisi semua LSM maupun yayasan yang selama ini berada di lembata dan bicara soal anak dan perempuan.
"Ini dugaan saya, jangan-jangan ada pihak yang menjual angka ini untuk program dan uang"
Yani Langoday salah satu tokoh masyarakat di kota Lewoleba diminta komentarnya mengatakan, ini bisa masuk pidana karena menyebarkan informasi yang sangat meresahkan.
"Data 85% pelajar SMP - SMA di Lembata ini dapat dari mana? Mungkin ada satu dua anak berprilaku seperti ini, tapi tidak bisa kemudian di simpulkan bahwa 85% anak Lembata berprilaku seperti itu" ujar Yani.
Secara tegas Langoday meminta agar pihak yang keluarkan dan sebarkan data ini harus bisa pertanggung jawabkan.
Sementara itu data yang dihimpun media ini, hingga sekarang terdapat 65 orang Lembata yang aktif mengikuti konseling HIV/AIDS dan minum obat secara rutin.
Ini data HIV ODHA yang masih hidup dan aktif ambil obat sebanyak 65 orang.
Usia 20 tahun sampai 25 tahun ada 2 orang.
Usia 25 tahun sampai 30 tahun ada 15 orang
Usia 30 tahun sampai 40 tahun ada 12
Usia 40 tahun sampai 50 tahun ada 17 orang
50 tahun sampai 60 tahun ada 9
60 tahun sampai 70 tahun ada 6
Bayi 7 bulan sampe 13 tahun ada 5 orang.
Informasi didapat media ini menyebutkan bahwa bayi dan anak yang menderita ini, dapat dari air susu ibu
Dan usia smp hingga sma tidal ada yang positip dan minum obat.