.Lewoleba,Indonesiasurya com - RSUD Lembata akhirnya secara resmi buka suara soal misteri kematian ibu Regina wetan (31) di Rumah sakit milik pemerintah daerah ini.
Direktur RSUD Lewoleba, drg. Yoseph Freinademets Paun kepada awak media (10/3/2025) menjelasan kronologis terkait insiden yang merenggut nyawa ibu muda asal desa beutaran kecamatan Ileape kabupaten Lembata ini.
Saat memberikan penjelasan drg. Yoseph Freinademets Paun didampingi oleh Kepala Tata Usaha (KTU) RSUD Lewoleba, Kabid pelayanan, Dokter David Chandra sebagai dokter penanggung jawab dengan dokter penyakit dalam dr. Bagus serta dokter anastesi.
drg. Yoseph melaporkan kronologi serta langkah yang diambil dalam menidaklanjuti permasalahan pemberitaan di media massa atau media online terkait meninggalnya pasien atas nama Regina Wetan untuk diketahui bersama.
"Dengan adanya pemberitaan yang dimuat di beberapa media dan benar bahwa pasien kami atas nama Ibu Regina Wetan meninggal pada tanggal 5 Maret 2025, maka langkah yang kami lakukan adalah menyampaikan keterangan dan kronologi dari kejadian sakit dan kematian ibu Regina agar tidak menjadi bias informasi atau pemberitaan yang terkesan sepihak," Ucap drg. Yoseph
Ia menyampaikan bahwa konferensi pers yang dibacakan ini juga disampaikan sebagai laporan kepada Bupati dan wakil Bupati atas nanti jawaban kepada pemerintah daerah kepada DPR, jadi Maksudnya laporan ini memberikan informasi kepada publik agar dapat mengetahui Kejadian yang sesungguhnya.
"Sebelum kami menyampaikan pembahasan ini terlebih dahulu Kami dari pihak rumah sakit dan juga Pemerintah Daerah menyampaikan turut berbelasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Ibu Regina Wetan pada tanggal 5 Maret 2025 yang lalu," Ucap drg. Yoseph
Terhadap kejadian kematian ini, direktur RSUD Lewoleba ini mengatakan sedang melakukan audit medis internal melalui RMP (Reviuw Maternal Perinatalogi) yang memang sudah dijadwalkan selepas kejadian tanggal 5 itu untuk dijadwalkan pada hari Senin ini dan itu sudah dilakukan tadi mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 2 siang.
"Hasil dari RMP ini besok akan kami serahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata untuk selanjutnya berproses lebih lanjut untuk audit eksternal yang biasanya Dinas Kesehatan bersurat kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk meminta bantuan tenaga ahli untuk melakukan audit eksternal," Terang drg. Yoseph
Lanjutnya, secara lisan hasil dari RMP ini secara implisit atau secara garis besar sudah kami sampaikan kepada bapak bupati dan Pak wakil bupati yang selanjutnya untuk kami membuat laporan tertulis dan melakukan klarifikasi atas pemberitaan di media.
Direktur RSUD Lewoleba ini menyampaikan Kronologi tindakan yang dilakukan kepada Pasien Regina Wetan.
"Bahwa pasien memang selama dirawat di ruangan dari tanggal 3 sampai tanggal 4 Maret, kemudian pada tanggal 5 Maret 2025 dari hasil USG yang dilakukan oleh dokter DPJP didapatkan denyut jantung janin melambat kemudian karena hal tersebut maka diputuskan segera dilakukan operasi Seksio Cesarea (SC) segera atas indikasi jantung janin yang melambat tersebut, Operasi SC tersebut berjalan dengan baik, setelah operasi pasien dipindahkan ke ruang kebidanan pukul 15.30 Wita, kondisi pasien baik," Jelas drg. Yoseph
Lanjutnya, bahwa laporan dari dinas sore ke dinas malam bahwa pasien dalam kondisi baik, kemudian pada pukul 21 lewat 15 menit bidan ke ruangan dan keadaan pasien sadar penuh dengan keluhan seperti biasanya nyeri di perut bekas luka operasi.
Bidan komunikasikan atau berbicara kepada pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti perdarahan dan sebelumnya bidan sudah melakukan double check terhadap obat yang dimaksud kemudian bidan menyuntikkan obat anti perdarahan dalam hal ini Traneksamat Acid 5cc pada saat menyuntikkan obat masuk kurang lebih 2 cc dari 5 cc yang sebenarnya, pasien mengeluh mual dan perut terasa tidak enak, bidan menghentikan suntik obat tersebut.
Atas kejadian tersebut bidan melakukan sesuai sop dengan pasien di posisikan kepala miring kiri dan diberikan oksigen 5 liter per menit keadaan umum pasien tampak lemah tekanan darah kurang lebih 80/50 mm hg nadi 128 kali per menit teraba lemah bidan langsung lapor ke dokter jaga, dokter jaga sampai ke ruangan keadaan pasien dengan penurunan kesadaran nadi tidak teraba kemudian langsung dilakukan RJP kemudian penjaga menghubungi DPJB atau dokter penanggung jawab dalam hal ini dokter obgyn dan juga Dokter anestesi Lalu tiba di ruangan segera melakukan tindakan intubasi untuk menyelamatkan dilakukan tindakan sesuai standar prosedur atau sop yang berlaku kemudian RJP yang dimaksud masih tetap dilakukan pasien dinyatakan meninggal dunia pada pukul 22.58 Wita.
Pihak rumah sakit menyimpulkan bahwa, penyebab kematian itu dicurigai adanya emboli paru dan juga kardiomipati pasca melahirkan.
Steven beda salah satu warga kota Lewoleba bertanya apa yang mendasari perawat menyimpulkan bahwa regina wetan alami pendarahan? Apakah dengan keluhan nyeri perut pasien sudah divonis pendarahan?
Kalau pendarahan mengapa yang di curigai adalah emboli paru dan juga kardiomipati pasca melahirkan?
Untuk diketahui emboli paru adalah Suatu kondisi di mana satu atau lebih arteri di paru-paru menjadi terhalang oleh gumpalan darah. Sering kali, emboli paru disebabkan oleh pembekuan darah yang berasal dari kaki atau bagian lain dari tubuh (trombosis vena dalam), namun jarang terjadi.
Gejala berupa sesak napas, nyeri dada, dan batuk.
Sementara itu Kardiomiopati pascapersalinan, juga dikenal sebagai kardiomiopati peripartum (PPCM), didefinisikan sebagai gagal jantung yang baru terjadi antara bulan terakhir kehamilan dan 5 bulan pascapersalinan tanpa penyebab yang dapat ditentukan. Kardiomiopati pascapersalinan merupakan penyebab gagal jantung yang langka.