Ungkap Realita Sosial

Logo Banggainesia
Local Edition | | Todays News


Masa depan NTT Dan Krisis Moral di Balik Genggaman Botol Miras. Potret Generasi Muda Kupang

Penulis ; Ardianus Marto Rara Bahan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

IndonesiaSurya
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 13:33:06 WIB
Foto

Menyimak berita Empat pemuda ditangkapi polisi karena mabok moke dan bikin onar yang di lansir victorynews.id perlu mendapat perhatian serius semua kalangan 

Fenomena konsumsi minuman keras (miras) di kalangan generasi muda Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini semakin mengkhawatirkan. 

Di berbagai sudut kota, tidak sulit menemukan sekelompok anak muda yang meneguk miras, baik di pinggir jalan, di pantai, maupun di tempat-tempat hiburan malam. 

Bagi sebagian dari mereka, miras dianggap sebagai simbol keakraban, keberanian, bahkan gaya hidup modern. Namun, di balik genggaman botol miras itu, tersimpan krisis moral yang semakin nyata krisis yang menggerus nilai-nilai tanggung jawab, kesopanan, dan kesadaran diri generasi muda Kupang.

Minum miras sering kali dimulai dari rasa ingin tahu dan keinginan untuk diterima dalam kelompok pertemanan. Tidak jarang, ajakan untuk “coba sedikit saja” berujung pada kebiasaan yang sulit dihentikan. Ketika efek alkohol mulai menjadi pelarian dari stres, kesepian, atau tekanan hidup, maka miras bukan lagi sekadar minuman sosial, melainkan candu yang merusak. 

Banyak anak muda Kupang yang terjebak dalam lingkaran ini mereka mencari kebahagiaan sesaat di balik rasa mabuk, namun kehilangan arah dan kendali diri.

Krisis moral tampak jelas ketika perilaku mabuk berubah menjadi tindakan yang merugikan orang lain. 

Berita tentang keributan, perkelahian, hingga tindakan kriminal akibat konsumsi miras sudah menjadi pemandangan rutin di kota ini. Ironisnya, pelaku sering kali adalah remaja dan mahasiswa mereka yang seharusnya menjadi harapan masa depan daerah. 

Fenomena ini memperlihatkan betapa rapuhnya pondasi moral generasi muda yang seharusnya tumbuh dengan semangat belajar dan tanggung jawab sosial.

Budaya minum di NTT sebenarnya memiliki akar tradisi. Dalam konteks adat, minuman lokal seperti sopi sering digunakan dalam upacara adat sebagai simbol persaudaraan dan penghormatan. Namun, makna tersebut kini banyak disalahartikan. Generasi muda lebih sering menjadikan miras sebagai alat pelampiasan emosi atau sarana hiburan liar tanpa kendali. 

Nilai-nilai budaya yang dahulu luhur dan penuh makna kini bergeser menjadi kebiasaan yang justru menimbulkan kekacauan sosial. Inilah yang disebut krisis moral ketika budaya kehilangan rohnya dan manusia kehilangan kesadarannya.

Selain berdampak pada tatanan sosial, konsumsi miras juga merusak potensi generasi muda Kupang. Banyak pelajar dan mahasiswa yang kehilangan fokus belajar karena kebiasaan minum. Prestasi akademik menurun, kedisiplinan melemah, dan masa depan pun menjadi taruhan. Alkohol bukan hanya merusak tubuh, tetapi juga melemahkan karakter dan tekad untuk maju. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat pembangunan sumber daya manusia di NTT yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan daerah.

Masalah ini tidak bisa hanya diserahkan kepada individu. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan keluarga memiliki peran besar dalam mengatasi krisis moral akibat miras. Pemerintah perlu menegakkan aturan tentang penjualan dan konsumsi minuman keras secara tegas, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Lembaga pendidikan harus aktif memberikan pendidikan karakter dan literasi moral, bukan hanya mengajarkan teori. Sementara itu, keluarga sebagai lingkungan pertama pembentukan nilai harus menanamkan disiplin, kasih sayang, dan teladan hidup yang baik kepada anak-anak mereka.

Namun, solusi yang paling penting datang dari dalam diri generasi muda itu sendiri. Mereka harus menyadari bahwa masa depan tidak dibangun dari keberanian menenggak miras, tetapi dari keberanian menolak pengaruh negatif dan memilih jalan hidup yang bermartabat. 

Menjadi anak muda di era modern bukan berarti harus mengikuti gaya hidup destruktif. Justru di tengah derasnya arus globalisasi, anak muda Kupang perlu membuktikan bahwa mereka mampu menjaga identitas, nilai, dan akhlak luhur sebagai warisan daerah.

Krisis moral di balik genggaman botol miras bukan sekadar persoalan perilaku, tetapi juga persoalan arah hidup. Kota Kupang membutuhkan generasi muda yang sadar, berpendidikan, dan beretika bukan generasi yang kehilangan masa depan karena mabuk sesaat.

Saatnya generasi muda bangkit, menegakkan kembali harga diri, dan menjadikan miras bukan simbol keberanian, melainkan simbol kebodohan yang harus ditinggalkan. Karena masa depan NTT tidak akan lahir dari botol miras, tetapi dari tangan-tangan muda yang berani hidup dengan integritas dan tanggung jawab.


Bagikan

KOMENTAR (0)

Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *

Berita Terkini

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL BAGI KEHIDUPAN

Penulis : maya marsita pellondou Mahasiswa ilmu komunikasi

| Minggu, 26 Oktober 2025
Produksi sampah di Kupang Sudah Cukup Besar Yang Diangkut ke TPA Alak.

Penulis : Rere KIn Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Antara Kampus dan Jalanan: Potret Perjuangan Mahasiswa Maxim di Kota Kupang

Penulis : Leonardus Salvador Elton Fernandez Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Judi Online dan Krisis Karakter Mahasiswa di Era Digital Sebuah Catatan.

Oleh, Wilhelmus Basa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Artificial intelegensi untuk pendidikan atau untuk membunuh akal pikir.

Oleh: Rikardus Febrio. (Mahasiswa semester 5 prodi ilmu Komunikasi pada Unika Widya Mandira.)

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Indeks Berita

Poling

Silakan memberi tanggapan anda ! Siapa calon bupati dan calon wakil bupati yang kalian anggap layak pimpin lembata 2024-2029?

TERKONEKSI BERSAMA KAMI
Copyright © 2025 Indonesia Surya
Allright Reserved
CONTACT US Lembata
Lembata, Nusa Tenggara Timur
Telp: +6281334640390
INDONESIA SURYA
Viewers Now: 3