Ungkap Realita Sosial

Logo Banggainesia
Local Edition | | Todays News


Generasi Muda NTT: Menjaga Darah Budaya melalui Bahasa Lokal yang Nyata

Oleh: Andri Nim: 43123036 Mahasiswa ilmu komunikasi

IndonesiaSurya
Minggu, 26 Oktober 2025 | 00:56:10 WIB
Ilustrasi

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan kekayaan budaya dan bahasa yang menakjubkan. Dari Alor hingga Flores Timur, setiap pulau menyimpan bahasa lokal yang unik, yang menjadi bagian dari identitas, sejarah, dan darah budaya masyarakatnya. Lebih dari 70 bahasa hidup di suku yang mendiami wilaya ini, masing-masing menyimpan cerita leluhur, nilai sosial, dan filosofi hidup. Namun, di era saat ini globalisasi, urbanisasi, dan dominasi bahasa Indonesia dan bahasa asing  membuat beberapa bahasa terpinggirkan, bahkan mengancam keberadaannya.

       Sejarah bahasa di NTT sangat terkait dengan migrasi dan perdagangan yang terjadi di wilayah ini. Pulau-pulau di NTT telah menjadi tempat persinggahan bagi berbagai bangsa, termasuk orang Austronesia, Melayu, Portugis, dan Belanda. Pengaruh dari berbagai budaya ini tercermin dalam bahasa-bahasa daerah yang ada di NTT.

      Selama masa kolonial, bahasa Portugis dan Belanda memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bahasa-bahasa lokal. Misalnya, Bahasa Tetun di Timor Barat banyak dipengaruhi oleh bahasa Portugis, baik dalam kosa kata maupun tata bahasa. Setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar resmi, tetapi bahasa-bahasa daerah tetap dipertahankan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

       Sebagai generasi muda NTT, saya merasa memiliki tanggung jawab moral dan budaya: bahwa darah budaya kami harus tetap hidup melalui bahasa lokal yang nyata dan kaya sejarah ini. Opini ini lahir dari pengalaman, observasi, dan kesadaran bahwa bahasa adalah jiwa suatu komunitas—jika bahasa hilang, identitas pun ikut terkikis.
       Salah satu keunikan bahasa-bahasa di NTT adalah adanya hirarki dalam penggunaan bahasa. Dalam banyak bahasa daerah di NTT, terdapat perbedaan cara berbicara berdasarkan usia, status sosial, dan hubungan keluarga. Misalnya, dalam bahasa Manggarai, terdapat cara berbicara yang berbeda ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang dihormati. Hal ini mencerminkan nilai-nilai adat dan tata krama yang kuat dalam masyarakat NTT.

      Misalnya, di Alor, bahasa Kabola dan Pura bukan sekadar kata-kata; ia menjadi sarana menjaga cerita leluhur dan ritual adat yang sudah diwariskan ratusan tahun. Di Ende, bahasa Lio dan Ende hidup melalui lagu-lagu tradisional dan upacara adat, yang selalu mengingatkan masyarakat pada akar mereka. Rote, Sabu, dan Flores Timur pun sama; bahasa-bahasa ini menjadi penopang identitas sosial, spiritual, dan budaya, yang jika hilang, berarti sebagian besar sejarah komunitas juga ikut terkubur.

      Generasi Muda sebagai Agen Pelestari karena Generasi muda adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga darah budaya melalui bahasa lokal. Namun, tanggung jawab itu tidak cukup hanya diucapkan; harus dipraktikkan.

      Di era digital, peluang terbuka lebar: media sosial, video, podcast, aplikasi pembelajaran bahasa, dan platform digital lainnya bisa menjadi sarana kreatif untuk melestarikan bahasa lokal. Misalnya, membuat konten TikTok yang menampilkan kosakata atau cerita rakyat lokal, video YouTube tentang ritual adat, atau podcast wawancara dengan tetua adat. Dengan cara ini, bahasa lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga dikenal oleh audiens luas, bahkan di luar NTT.

Kesimpulan:
Pelestarian bahasa lokal NTT adalah tanggung jawab kolektif, namun generasi muda memiliki peran strategis dan emosional. Dengan kreativitas, teknologi digital, dan kebanggaan terhadap darah budaya masing-masing daerah, bahasa lokal NTT dapat tetap hidup, berkembang, dan diakui keberadaannya, bukan sekadar menjadi kenangan masa lalu.


Bagikan

KOMENTAR (0)

Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *

Berita Terkini

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL BAGI KEHIDUPAN

Penulis : maya marsita pellondou Mahasiswa ilmu komunikasi

| Minggu, 26 Oktober 2025
Produksi sampah di Kupang Sudah Cukup Besar Yang Diangkut ke TPA Alak.

Penulis : Rere KIn Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Antara Kampus dan Jalanan: Potret Perjuangan Mahasiswa Maxim di Kota Kupang

Penulis : Leonardus Salvador Elton Fernandez Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Masa depan NTT Dan Krisis Moral di Balik Genggaman Botol Miras. Potret Generasi Muda Kupang

Penulis ; Ardianus Marto Rara Bahan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Judi Online dan Krisis Karakter Mahasiswa di Era Digital Sebuah Catatan.

Oleh, Wilhelmus Basa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Artificial intelegensi untuk pendidikan atau untuk membunuh akal pikir.

Oleh: Rikardus Febrio. (Mahasiswa semester 5 prodi ilmu Komunikasi pada Unika Widya Mandira.)

| Sabtu, 25 Oktober 2025
Indeks Berita

Poling

Silakan memberi tanggapan anda ! Siapa calon bupati dan calon wakil bupati yang kalian anggap layak pimpin lembata 2024-2029?

TERKONEKSI BERSAMA KAMI
Copyright © 2025 Indonesia Surya
Allright Reserved
CONTACT US Lembata
Lembata, Nusa Tenggara Timur
Telp: +6281334640390
INDONESIA SURYA
Viewers Now: 7