Fenomena semakin maraknya penggunaan uang kos dan dana kuliah untuk kebutuhan konsumtif seperti nongkrong di kafe, membeli barang bermerek, atau aktivitas serupa kini menjadi tantangan nyata bagi mahasiswa.
Di balik gaya hidup yang tampak glamor tersebut, tersimpan risiko besar yang tidak boleh diabaikan, terutama oleh para orang tua yang mempercayakan uang dan masa depan anaknya.
Tekanan sosial untuk tampil eksis di lingkungan kampus dan pengaruh media sosial yang menampilkan gaya hidup mewah seringkali membuat mahasiswa kehilangan arah dalam mengelola keuangan.
Kurangnya pemahaman tentang perencanaan keuangan pribadi menyebabkan uang/dana yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan utama seperti pendidikan dan uang kos malah terseret ke pengeluaran yang tidak produktif.
Dampak dari pola pengeluaran ini bukan hanya mengancam stabilitas keuangan mahasiswa selama masa studi, tetapi juga berpotensi merusak fokus akademik dan menimbulkan masalah serius di masa depan.
Kondisi ini menjadi sinyal penting bagi orang tua dan keluarga untuk lebih waspada dan aktif memberikan bimbingan.
Penting bagi perguruan tinggi dan orang tua untuk bersama-sama memperkuat edukasi tentang manajemen keuangan dan membangun nilai hidup sederhana yang mengedepankan tujuan jangka panjang. Karena pada akhirnya, kesiapan finansial dan mental adalah modal utama agar generasi muda tidak hanya sukses akademik, tetapi juga mampu mengelola hidup dengan bijak dan bertanggung jawab.
Fenomena ini bukan sekadar persoalan individu, melainkan cerminan tantangan sosial-ekonomi yang harus dijawab dengan langkah strategis agar masa depan generasi muda bisa lebih cerah dan terencana dengan baik.