Mencuci kaki tamu adalah tradisi orang Yahudi jika mereka masuk ke rumah orang.
Pekerjaan seperti ini lumrah bagi para hamba yang menggelutinya sebab hal mencuci kaki itu biasa dianggap hina dan rendah di mata masyarakat luas.
Praktek para hamba Israel ini amat kontradiktif dengan tindakan Tuhan Yesus. DIA justru membasuh kaki para murid-Nya pada malam perjamuan terakhir sebagai saudara-Nya.
Praktek orang Yahudi ini sejatinya merupakan aturan paska yang disinggung di dalam Kitab Keluaran.
Sebuah kenangan yang terus mengingatkan mereka turun temurun dalam sejarah pembebasan bangsa Israel. Anak domba paska yang telah disembelih itu darahnya kemudian diganti dengan Darah Kristus sendiri di atas kayu Salib.
Kenangan secara istimewa kita rayakan dalam korban ekaristi, sumber keselamatan. Yesus menyerahkan diri, tubuh dan darah-Nya bagi kita pada malam perjamuan terakhir.
Kaki adalah bagian tubuh yang pasti kotor karena jadi pangkuan tubuh. Seturut Injil, Yesus secara dramatis mencuci kaki para murid sebagai tanda kerendahan hati-Nya. Adegan itu justru terjadi di saat mereka semua sedang makan bersama, agar mereka tetap ingat terus, Bukan saat memasuki rumah. Oleh karena tak lasim maka membuat Petrus kaget dan protes. Ia tolak niat baik Yesus yang mau membasuh kakinya. Setelah Yesus selesai menjelaskan maksudnya barulah ia mau dicuci kakinya juga, malah ia minta supaya bisa mandi sekaligus.
Fokus Yesus membasuh kaki karena DIA ingin bagian tubuh yang paling kotor.
DIA hendak menyampaikan suatu pesan penting kepada kita bahwa tindakan cuci kaki bukan sekedar pembersihan lahiriah tapi "tindakan untuk Melayani dengan penuh Rendah hati".
Ajaran kasih ini seharusnya kita hayati sebagaimana Sang Guru kita lakukan terhadap murid-Nya, atau tuan terhadap hamba. Sebab kenyataan, mereka yang berkedudukan, punya posisi dan jabatan pintar berteori tapi fakta prakteknya sangat kontras. Tak heran bila riak konflik terus muncul karena apa yang diharapkan sebagai representasi pun tak jalan. Mereka yang berkuasa cuma tunggu dilayani, bukan untuk melayani.
Yesus mengajarkan kita tiga aspek penting hari ini agar sebagai para sahabat-Nya kita mampu mewujudkan Kasih Kristus itu secara nyata dalam hidup.
Selaku murid Kristus kita berusaha tunjukan dalam semangat: Pengorbanan, Persekutuan dan Pelayanan. Sebab korban Paska Yahudi itu sejatinya adalah lambang korban Tubuh dan Darah Kristus bagi kita dalam Ekaristi. Inilah puncak pelayanan spiritual yang harus punya implikasi langsung dalam penghayatan iman. Pada akhirnya kita pun peduli sesama dalam berbagai bentuk peran hidup. Kelebihan materiil, waktu, tenaga buat mereka.
Tak usah malu membiarkan diri dibasuh oleh Yesus Sang Guru. Mungkin saja kita pun malu dan kaget seperti rasul Petrus yang menolak dibasuh Yesus. Kita bisa gunakan segala dalih, karena enggan tunjukan kaki yang kotor, hitam dan jelek di depan publik. Mungkin saja karena penyakit dan tak utuh lagi maka kita keberatan. Jika antar sesama saja demikian apalagi terhadap Tuhan. Yesus mengajak kita berani membuka diri kepada-Nya.
Apapun yang kita bungkus rapih dan kita sembunyikan akibat dosa atau aib perlu kita tunjukan di mata Tuhan agar aman perjalanan hidup kita. Relakah kita memakai kaki, tangan dan hati untuk melayani orang lain?
Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati dan menyayangi kita sekalian. Amin.