Lembata, Indonesiasurya com - Perlahan mulai terkuak penyebab dari sulitnya masyarakat mendapatkan BBM subsidi jenis Pertalite di kota Lewoleba kecamatan Nubatukan kabupaten Lembata.
Bermula dari rusaknya pompa minyak/nosel BBM jenis pertalite dan Pertamax di SPBU tanah merah Ileape yang kemudian di spekulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi.
Steve Paokuma kepada indonesiasurya.com (17/3/2025) menegaskan bahwa tidak ada yang namanya kelangkaan BBM di Lembata.
"Pertamax ada, solar ada, dexlite ada, pertalite juga ada hanya saja di tingkat pengecer ada pihak menjual dengan harga tinggi dalam takaran yang yang tidak semestinya" ujar Paokuma.
Lebih jauh Steve mengatakan, masalahnya bukan karena ketiadaan BBM atau yang lebih trend dikatakan kelangkaan BBM, sekali lagi saya tegaskan bukan kelangkaan BBM tapi persoalannya karena pompa penyedot minyak dari tanki pendam ke dispenser milik SPBU tanah merah mengalami kendala teknis, namun demikian stok BBM jenis Pertalite di tanah merah ada, jadi bukan soal langkah BBM nya tapi kemudian momentum ini di pakai oleh pihak-pihak tertentu untuk mengais rezeki dengan cara menaikan harga jual pada takaran yang tidak semestinya di tingkat pengecer.
Kalau kelangkaan berarti Pertamax juga tidak ada, demikian pun solar dan dexlite juga kosong tapi kan bukan itu soalnya, karena di kami stok Pertamax banyak tapi masyarakat kita selama yang murah masih ada mereka pasti beli yg murah apalagi perbedaan harga lumayan.
"Mesin d SPBU tanah merah rusak otomatis semua datang isi di SPBU waijarang, sementara kami punya kuota harian hanya 5 ton, maka kadang kami terapkan pembelian terbatas agar semua kebagian. Celakanya ada pihak yang beli dan jual kembali ke masyarakat dengan harga tinggi dan takaran yang tidak normal. Dan bagi kami, langkah pemerintah lakukan penertiban itu baik, dengan begitu harga bisa dikendalikan" ujar Steve.
Sementara terkait rekomendasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini dinas terkait, Steve menjelaskan pihaknya hanya melayani sesuai rekomendasi yang di bawah oleh nelayan .
"Kami tidak cari tahu ada berapa banyak nelayan yang miliki kapal dengan kebutuhannya, yang kami layani adalah rekomendasi yang dikeluarkan dinas sesuai barcode yang ada pada rekomendasi tersebut" tegas Steve.
Sementara itu Heri Tanatawa salah satu pengguna BBM subsidi mengatakan bahwa, memang benar saat ini masyarakat alami kesulitan mendapatkan BBM subsidi tapi bukan berarti tidak ada.
"BBM jenis Pertalite ada cuma, ada pihak yang antri lalu jual kembali dengan harga yang tidak wajar dan takaran yang digunakan juga tidak wajar."ujar Heri
Lanjut Tanatawa, bagi dirinya ini sama dengan sesama orang susah saling menyusahkan dengan barang yang disubsidi negara.
"Jual setengah botol 20ribu dan satu botol full 40 ribu itu keterlaluan namanya" tegas Heri
Saya melihat ini karena faktor SPBU tanah merah mengalami kendala teknis, kalau tidak maka semua berjalan normal. Semua pihak mau beli pertalite coba dibayangkan 7 kecamatan minus omesuri dan Buyasuri karena punya SPBU, semua serbu antri di satu SPBU yang stok harian hanya 5 ton tentu akan ada yang kebagian dan ada yang tidak. Jika nanti SPBU tanah merah kembali beroperasi maka semua akan kembali normal terang Heri sambil berharap agar peran pemerintah hadir untuk menertibkan pengecer yang nakal.
"Cari untung boleh tapi dalam kewajaran sehingga kita saling melengkapi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan" pungkas Heri.(mn)