Lembata,Indonesiasurya.com - Banyak catatan negatif tentang proyek panas bumi atau Geothermal dan paling sedikit ada tiga dampak negatif sistem energi geotermal, yaitu fracking dan gempa bumi minor, pencemaran air, serta amblesan.
Baca juga ; https://indonesiasurya.com/masyarakat-adat-ahar-tu-terancam-punah-dengan-kehadiran-proyek-panas-bumi-atadei
Fracking adalah singkatan dari hydraulic fracturing, yaitu sebuah cara yang dipakai dalam ekstrasi energi geothermal dan gas untuk memperbesar permeabilitas (kemampuan melalukan fluida) batuan dengan tujuan meningkatkan nilai keekonomisan sebuah lapangan pembangkit geothermal.
Namun, fracking dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi minor karena menurunkan kohesivitas (daya ikat) batuan.
Injeksi fluida ke dalam reservoir (batuan sarang) menekan reservoir sehingga mengalami pergerakan (slip) karena gaya gesek statis (static friction) nya terlampaui. Terjadinya slip pada batuan adalah salah satu kunci terjadinya gempa bumi.
Baca juga ; https://indonesiasurya.com/diduga-ada-gratifikasi-masyarakat-minta-jaksa-periksa-pejabat-dan-pns-yang-ke-kamojang-untuk-stuba-geothermal
Gempa bumi yang dipicu oleh fracking umumnya berada di bawah magnitude 5 skala Richter.
Kasus Basel di Swiss memperlihatkan gempa bumi yang terjadi karena proses fracking ini memiliki magnitude 3,4 skala Richter dan cukup untuk membuat plester bangunan retak-retak.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, maka perusahaan geothermal di Basel GeoPowerBasel, melalui skema asuransi, harus membayar ganti rugi kepada warga dengan nilai sekitar 7 juta Dollar AS, dan penutupan lapangan geothermal ini.
Baca juga : https://indonesiasurya.com/mungkinkah-makam-pater-beekersvd-ikut-di-bongkar-jika-proyek-pltp-atadei-dikerjakan
Secara umum, ada empat mekanisme pembentukan gempa bumi mikro yang terjadi karena adanya slip dalam sistem energi geothermal yang menggunakan fracking, yaitu:
1)kenaikan tekanan pori;
2)penurunan suhu;
3)perubahan volume karena injeksi atau produksi dan; dan
4)alterasi kimia pada permukaan rekahan.
Pencemaran air terjadi karena larutan hidrothermal mengandung kontaminan seperti Arsenik, Antimon, dan Boron. Arsenik (As) adalah penyebab terjadinya kanker pada manusia. Ia berkontribusi terhadap tingginya penyakit kulit dan kanker di lokasi pemukiman yang terpapar terhadap kandungan As yang tinggi dalam air minum.
Antimon (Sb) memiliki tingkat beracun yang memperlihatkan karakter yang sama dengan As.
Baca juga ; https://indonesiasurya.com/realisasi-pad-lembata-baru-2746-persen-sementara-realisasi-belanja-sudah-capai-4740-persen
Boron (B) dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan permasalahan pada kesehatan manusia seperti menurunnya tingkat kesuburan.
As, Sb, dan B, adalah material yang terdapat secara alamiah, namun proses ekstraksi panas dalam produksi energi di pembangkit geothermal, menyebabkan ia termobilisasi dan mengkontaminasi perairan. Kasus kontaminasi ini terjadi di Lapangan Geothermal Balcova, Turki.
Ambelasan karena sistem energi geothermal terjadi karena adanya ekstraksi panas (dalam bentuk gas) pada kedalaman yang relatif dangkal dari sumur ekstraksi geotermal.
Kasus amblesan seperti ini terjadi di lapangan geothermal Wairakei, Selandia Baru.
Ekstraksi telah menyebabkan menurunnya tekanan di dalam formasi batuan sekitar 25 bar. Amblesan yang terjadi yang telah mencapai antara 14±0,5 m pada 1997, dan diperkirakan masih akan terus berlangsung dengan kecepatan 200 mm/tahun dengan prediksi akan mencapai 20±2 m pada 2050. (front Nahdliyin)