Lewoleba, Indonesiasurya.com - Cara mengungkapkan rasa syukur setiap daerah memiliki ciri khas baik dalam seremonial adat maupun dalam pelaksanaan demikian pun cara orang Atadei kabupaten Lembata propinsi Nusa tenggara timur (NTT) merayakan masa panen pada kebun.
Mengucapkan terimakasih pada alam dengan man henadokei (tinju tradisional) sesuai tradisi yang diwariskan nenek moyang orang Atadei.
Hadok diselenggarakan dekat kebun tempat dilaksanakannya “bako medehe” dengan mempertimbangkan lokasi paling kurang agak rata. Tempat yang telah disiapkan itu sendiri disebut “Weho” yang berarti arena pertarungan.
Hadok dimulai dengan berdirinya 2 orang di tengah weho (arena pertarungan) yang bertugas sebagai wasit untuk mengatur waktu setiap ronde biasanya 4 ronde dengan waktu istirahat kurang lebih 2 menit.
Dua orang ditengah itu juga bertugas mengawasi jalannya pertarungan jangan sampai terjadi penyimpangan, menentukan pemenang dan meleraikan situasi bila terjadi kericuhan antar pendukung.
Dalam Hadok bagian tubuh yang bisa dipukul adalah bagian perut ke atas dan bagian yang paling dicari adalah bagian muka lawan. Semakin banyak bagian muka dipukul lawan berarti semakin rendah tingkat ketangkasan atau kehebatan sseorang dimata lawannya.
Baca juga ; https://indonesiasurya.com/ra-penjual-kosmetik-di-lembata-ditahan-kejaksaan-dan-terancam-12-tahun-penjara
Disetiap kubu disponsori 1 orang promotor dan pendukungnya. Hadok biasanya dimulai dari anak-anak diikuti anak muda dan orang orang tua. Pasangan akan bertarung tidak diumumkan atau tidak dipasang melainkan para hadok akan mencari pasangannya sendiri saat acara dimulai. Disaat semua sudah siap peserta yang mau berhadok akan berlari melintasi arena menemui kelompok lawan dan mencari seorang yang ia yakini pas untuk dilawan lalu menggosok gosok bahu lawannya tersebut yang disebut “dohu”.
Dalam proses mencari lawan (dohu) tindakan menggosok gosok bahu lawan akan dilakukan sebanyak 3 kali. Bila lawannya setuju ia akan menganggukkan kepala dan bila menolak lawan akan menggelengkan kepala.
Disaat sedang dohu para pendukung mulai menyanyikan lagu dengan syair “ Elebua o o o o ….karabau raga raga ruhan bogor, bogor tiwang o o o o…… No tenubuk lewoleba…. nae napanganu lewo, lewotolok o o o o o……… Disaat syair lagu berakhir kedua peserta berlari ke tengah arena pertandingan dan berdiri saling berhadapan.
Wasit yang memimpin pertandingan akan mengatakan “hadok” bertanda pertarungan dimulai. Saat itulah serang menyerang dan adu pukulan pun terjadi. Saat keduanya sedang beradu kekuatan para pendukung baik laki-laki maupun perempuan akan berteriak sambil memberi dukungan pada petinjunya masing-masing dengan menyayikan lagu yang syairnya “ Elebua o o o o ….karabau raga raga ruhan bogor, bogor tiwang o o o o…… No tenubuk lewoleba…. nae napanganu lewo, lewotolok o o o o o……… lagu ini terus dinyanyikan hinggga pertandingan 4 ronde berakhir.
Wasit akan menyatakan menang kepada orang yang sering memukul lawan dibagian mukanya, menjatuhkan lawan ke tanah, atau lebih banyak memukul lawannya. Wasit akan menghentikan pertarungan dan menyatakan seorang menang apabila menjatuhkan lawan ke tanah dan tidak mampu melanjutkan pertarungan, kondisi lawan tidak mengijinkan (sempoyongan), atau lawannya menyerah dengan berlari kembali ke kelompok pendukungnya
Hadok itu sendiri merupakan ajang pertarungan gengsi antar keluarga, kelompok, bahkan antar desa. Jika ada anggota kelompok yang dikalahkan dalam sebuah pertarungan anggota keluarganya akan berusaha mengalahkan pasangan keluarga atau kelompok yang lain pada pertarungan hadok musim panen berikutnya.