Indonesiasurya.com, Lembata - Kasus Kematian ternak babi di Lembata sudah sangat meresahkan, akan hal tersebut pemerintah menganggarkan satu miliar untuk mendatangkan anti virus ASF agar ternak babi milik masyarakat bisa di selamatkan.
Virus ASF, yang dikenal juga sebagai demam babi Afrika ini disebabkan oleh virus dengan penularan yang sangat cepat, angka kematian hingga 100% dan hanya menyerang babi, tidak berbahaya bagi manusia.
Untuk masyarakat Lembata yang beternak Babi tidak perlu kuatir sebab pemerintah memiliki atensi khusus dengan mendatangkan vaksin ASF.
Hal ini disampaikan Bupati Lembata Petrus Kanisius Tuaq di Desa Todanara, 14 Agustus 2025 saat menyerahkan sertifikat tanah program PTSL dari Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Lembata. .
Bupati Kanis mengungkapkan Pemerintah Kabupaten Lembata telah menyiapkan anggaran sebanyak 1 Miliar, untuk mengatasi wabah African Swine fever (ASF) yang menjadi momok menakutkan bagi peternak dan penjual daging babi belakangan ini. Anggaran ini bersumber pada APBD II Kabupaten Lembata tahun 2026.
Bupati Kanis Tuaq menyampaikan, wabah ASF terus menjadi ancaman serius bagi peternak babi di Kabupaten Lembata.
Dengan dana yang sudah dialokasikan, mudah-mudahan, virus yang mematikan ini bisa cepat teratasi. Jadi tahun 2026 bapa mama peternak nabi jangan kuatir lagi untuk pelihara babi,” ujar Bupati Kanis.
Dirinya menegaskan, pemerintah daerah terus berupaya mengendalikan penyebaran virus ASF yang menyerang ternak babi di wilayah Lembata karena sesuai janji Kampanye dirinya bersama Wakil Bupati Lembata, Muhamad Nasir memiliki kepedulian dan tanggung jawab untuk bersama sama dengan Nelayan Tani dan Ternak.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat, terutama peternak, untuk bersama-sama mencegah penyebaran virus tersebut dengan memelihara babi sesuai standar kesehatan hewan.
Melakukan pembersihan yang ketat di kandang ternak tidak membeli babi dari daerah yang terjangkit ASF, segera melapor bila ada babi yang sakit atau mati, membersihkan kandang serta peralatan ternak, penyemprotan disinfektan secara menyeluruh.
“Saya berharap kepada peternak bila ada babi yang mati segera lapor kepada dinas pertanian dan peternakan, jangan membuang babi yang sudah mati secara sembarangan. Standar kesehatan terbak harus diperhatikan” tegasnya.
Langkah ini diharapkan dapat membantu para peternak menghadapi kerugian sekaligus mencegah penyebaran lebih lanjut, sehingga ekonomi masyarakat yang bergantung pada peternakan babi dapat kembali stabil.
Penyebab dan penularan ASF merupakan penyakit virus yang sangat menular pada babi, dengan tingkat kematian yang tinggi. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung antara babi yang sakit dengan babi sehat, atau melalui benda-benda yang terkontaminasi virus, seperti pakan, air minum dan peralatan peternakan.
Dampak wabah ASF tidak hanya berdampak pada peternak, tetapi juga pada perekonomian masyarakat, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada sektor peternakan babi. Selain itu, wabah ini juga dapat mengancam ketahanan pangan, mengingat daging babi merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting.
Bupati berharap, dengan upaya bersama, wabah ASF di Kabupaten Lembata dapat segera teratasi dan peternak dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait terus berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada para peternak yang terdampak wabah ini
Saya dan Haji Nasir serius dalam mengurus nelayan Tani dan ternak. Lima tahun ini saya tidak kemana mana. Hanya mengurus tani ternak dan nelayan. Ini janji kampanye yang kami laksanakan selama lima tahun ini. Kami butuh dukungan dari masyarakat”, tegas Bupati Kanis.
Diberitakan sebelumnya sebanyak 1.569 ekor babi di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati dalam kurun waktu Januari hingga Mei 2025, diduga akibat virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Plt Kepala Dinas PKP Lembata, Muktar Hada, mengatakan pihaknya telah mengirim sejumlah spesimen ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk pemeriksaan.
11 spesimen darah dan organ segar dikirim ke BBVet Denpasar,” kata Mukhtar dilansir Suluhnusa.com.
Muktar merinci, kematian terbanyak terjadi di Kecamatan Nubatukan sebanyak 809 ekor. Disusul Kecamatan Lebatukan (494 ekor), Kecamatan Ile Ape (131 ekor), Kecamatan Ile Ape Timur (65 ekor), Kecamatan Atadei (55 ekor), dan Kecamatan Nagawutung (15 ekor).
Untuk mencegah penyebaran lebih luas, Dinas PKP Lembata mengambil sejumlah langkah pengendalian. Salah satunya adalah pembatasan lalu lintas ternak, termasuk melarang pergerakan ternak babi antarwilayah dan antarkecamatan.
Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak membawa masuk babi hidup maupun produk olahan berbahan babi ke wilayah Lembata. (SB)