Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang menyoroti kurangnya dampak signifikan meskipun program ini telah berjalan selama satu dekade .
Meskipun Gerakan Literasi Sekolah telah diimplementasikan selama sepuluh tahun, masih ada pandangan bahwa hasilnya belum sesuai harapan, terutama dalam meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk di Kota Kupang.
Ini seringkali muncul dari pengamat pendidikan, guru, dan masyarakat yang melihat bahwa meskipun ada berbagai kegiatan literasi di sekolah, perubahan perilaku membaca dan pemahaman literasi yang mendalam belum terlihat secara merata .
Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada Gerakan Literasi Sekolah antara lain:
1. Keterbatasan Sumber Daya
Ketersediaan buku bacaan yang beragam dan menarik di perpustakaan sekolah masih menjadi tantangan di beberapa wilayah.
2. Kurikulum dan Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang belum sepenuhnya mengintegrasikan literasi secara holistik di semua mata pelajaran dapat menjadi penghambat.
3. Minat Baca Siswa
Tantangan dalam menumbuhkan minat baca intrinsik pada siswa di tengah gempuran media digital juga menjadi perhatian.
4. Pelatihan Guru
Kualitas dan kuantitas pelatihan guru dalam strategi literasi yang efektif mungkin perlu ditingkatkan.
Kesimpulan :
Gerakan Literasi Sekolah dapat mengindikasikan adanya kebutuhan untuk evaluasi mendalam terhadap efektivitas program GLS di Kupang dan NTT secara keseluruhan, serta pengembangan strategi baru yang lebih inovatif dan berkelanjutan untuk benar-benar menumbuhkan budaya literasi yang kuat di kalangan pelajar
Opini :
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang menyoroti kurangnya dampak signifikan meskipun program ini telah berjalan selama satu dekade .
Meskipun Gerakan Literasi Sekolah telah diimplementasikan selama sepuluh tahun, masih ada pandangan bahwa hasilnya belum sesuai harapan, terutama dalam meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk di Kota Kupang. Ini seringkali muncul dari pengamat pendidikan, guru, dan masyarakat yang melihat bahwa meskipun ada berbagai kegiatan literasi di sekolah, perubahan perilaku membaca dan pemahaman literasi yang mendalam belum terlihat secara merata .
Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada Gerakan Literasi Sekolah antara lain:
1. Keterbatasan Sumber Daya
Ketersediaan buku bacaan yang beragam dan menarik di perpustakaan sekolah masih menjadi tantangan di beberapa wilayah.
2. Kurikulum dan Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang belum sepenuhnya mengintegrasikan literasi secara holistik di semua mata pelajaran dapat menjadi penghambat.
3. Minat Baca Siswa
Tantangan dalam menumbuhkan minat baca intrinsik pada siswa di tengah gempuran media digital juga menjadi perhatian.
4. Pelatihan Guru
Kualitas dan kuantitas pelatihan guru dalam strategi literasi yang efektif mungkin perlu ditingkatkan.
Kesimpulan :
Gerakan Literasi Sekolah dapat mengindikasikan adanya kebutuhan untuk evaluasi mendalam terhadap efektivitas program GLS di Kupang dan NTT secara keseluruhan, serta pengembangan strategi baru yang lebih inovatif dan berkelanjutan untuk benar-benar menumbuhkan budaya literasi yang kuat di kalangan pelajar