Flores Timur,Indonesiasurya com - Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki di camp darurat kekurangan bahan makanan dengan hanya mendapat jatah beras 1 mug per jiwa untuk satu minggu.
Kondisi ini juga dirasakan oleh beberapa pengungsi di Pos Lapangan (Polsop) Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Sudah satu minggu sejak tanggal 13 sampai dengan 20 April 2025, mereka bertahan hidup dengan cara berhemat karena stok beras yang dibagikan 1 mug per jiwa dengan memasak nasi bubur untuk dikonsumsi.
Belum lagi aktifitas Gunung Lewotobi hingga saat ini mengalami peningkatan yang signifikan, dengan stok beras yang menipis seperti ini tentunya sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur.
Menyikapi kondisi yang memprihatinkan tersebut, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Flores Timur, Krisantus Kenato, meminta agar Pemda Flores Timur untuk mengambil tindakan cepat dan sigap untuk mengatasi kondisi yang memilukan ini.
Bung Ato sapaan akrab ketua GMNI Cabang Flotim menyampaikan "Krisis makanan yang dialami pengungsi ini tentunya merupakan kondisi yang sangat memilukan, Karena itu kami harapkan agar Pemda sesegera mungkin mengambil langkah guna menjawabi kebutuhan warga terdampak erupsi gunung Lewotobi laki-laki.
"Kita minta agar Pemda bantu memenuhi kebutuhan pengungsi, termasuk bahan makanan, air bersih, dan fasilitas kesehatan." ujarnya.
Selain itu, Krisantus Kenato juga meminta Personil yang ditempatkan Pemda flotim untuk membantu para pengungsi bisa transparan dalam penyaluran bantuan dan memastikan bantuan tepat sasaran.
Pemda harus memastikan bahwa bantuan yang disalurkan benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Menipisnya stok makanan di camp pengungsian ini, lanjut Bung Ato; mengafirmasi buruknya manajemen yang dilakukan pihak yang ditugaskan Pemda untuk menangani pengungsi yang terdampak erupsi.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa kasus yang menyita perhatian publik dengan penanganannya dinilai sangat lamban.
Dugaan Penjualan Beras.
Secara tidak langsung kami menilai, menipisnya stok makanan ini juga merupakan dampak dari, tindakan oknum tak terpuji dengan menjual beras donasi bagi para pengungsi. Ironisnya hingga saat ini, pelaku yang diduga melakukan tindakan tidak manusiawi tersebut belum di proses secara hukum dan kasusnya masih terendap di meja penyidik Polres Flores Timur Ujar ketua GMNI
Hal ini menunjukan tidak adanya itikat baik dari pihak terkait terhadap bantuan bagi para pengungsi dan masyarakat Flores Timur secara keseluruhan ujar Bung Ato.
Bagaimana mingkin beras yang didonasikan oleh masyarakat Flores Timur dan para donatur untuk para pengungsi bisa dijual di Camp Pengungsian dan hingga saat ini kasusnya tak kunjung menuai kejelasan?
Isu yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa, dalam kasus penjual beras ada oknum aparat didalamnya. Jika itu benar, tentu ini sangat melecehkan rasa kemanusian masyarakat Flores Timur.
Lanjut Bing Ato, Jika isu itu benar, maka terjawab lah pertanyaan yang selama ini terbesit di pikiran publik kenapa kasus penjualan beras tersebut sangat lamban penanganannya jika hanya masyarakat biasa apakah akan berbeda penangananya?
Selain itu, Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Flores Timur Maria Margareta Masa Baodai menambahkan, “keadaan krisis beras ini tentunya sangat memprihatinkan dan menggugah rasa kemanusiaan kita, ditengah suasana damai Paskah ada saudara-Saudari kita yang mengalami kondisi memilukan ini.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pergumulan Ibu-Ibu di camp pengungsian yang harus mengelola jatah beras hanya 1 mug per minggu”
Lebih lanjut Sarinah Ecik sapaan akrab Maria Margareta Masa Baodai menambahkan, “keadaan Gunung Lewotobi yang masih terus beraktifitas ini harus menjadi perhatian khusus dari Pemda. Sehingga kami secara organisatoris mendesak Pemda agar segera bertindak cepat dalam menanggulangi krisis makanan pengungsi Lewotobi. Pemda tidak boleh menunda-nunda apalagi menutup mata dalam menanggulangi krisis ini. Rakyat membutuhkan bantuan segera”.
“Selain itu kami secara organisatoris juga berkomitmen akan terus mengawal kasus ini dan akan mengambil tindakan-tindakan selanjutnya yang dinilai perlu”, pungkas Sarinah Ecik.